KODE ETIK SANTRI

Dinamika pondok pesantren Babussalam menarik sekali untuk dicermati, betapa tidak dari tahun ke tahun selalu terjadi perkembangan dan peningkatan yang mengesankan. Dalam segi kuantitas misalnya, jumlah santri terus menunjukkan grafik naik. Dalam segi sarana dan fasilitas juga begitu, senantiasa terjadi peningkatan. Namun, ada salah satu sisi yang terabaikan yaitu etika santri. Dalam bidang ini tidak terjadi peningkatan tapi justru mengalami penurunan, meskipun gejala seperti itu belum begitu parah, tapi setidaknya fenomena ini dapat mengingatkan kita agar senantiasa berinstropeksi diri dan mawas diri sejak dini.

Melihat fenomena seperti itu akhirnya pengurus mempunyai gagasan menghadirkan tulisan tentang etika santri, meskipun sudah banyak kitab akhlak yang dikaji baik dimadrasah ataupun dipondok, namun setidaknya tulisan ini dapat membantu dan mempermudah para santri dalam melakukan studi tentang etika khususnya yang berkaitan dan berkenaan dengan iklim pesantren Babussalam Banjarejo Pagelaran Malang.

1.      Memilih Ilmu, Guru dan Teman

A.    Criteria ilmu yang harus dipilih

Criteria ilmu yang harus diprioritaskan terlebih dahulu untuk dikaji adalah ilmu yang dibutuhkan setiap saat. misalnya ilmu tentang sholat. Mempelajari ilmu ini harus dinomor satukan. Adapun ilmu yang dibutuhkan sewaktu-waktu seperti ilmu tentang puasa, haji dan zakat itu dinomor duakan.

Disamping itu yang harus diutamakan adalah mempelajari ilmu tauhid. Karena ilmu ini merupakan dasar dari segala macam disiplin ilmu dan juga merupakan dasar dalam penghambaan kepada Allah SWT.

Satu macam ilmu lagi yang harus mendapatkan perhatian serius yaitu ilmu klasik yaitu kuno. Adapun yang dinamakan ilmu klasik adalah ilmu yang pernah dikaji sejak masa nabi Muhammad SAW, para shahabat tabi’in, dan tabi’ut tabi’in yang sekaligus membedakan terhadap ilmu yang baru dan berkembang pada masa ulama’, seperti ilmu kholifah, ilmu perdebatan dan ilmu sejenisnya

B.     Criteria guru yang harus dipilih

Dalam memilih seorang guru yang potensial haruslah selektif. Ada beberapa criteria yang harus dipenuhi antara lain seorang guru harus a’lam (lebih alim) sebab seorang guru yang alim banyak memiliki perbendaharaan ilmu disamping itu juga hendaknya lebih waro’ (biasa menjauhi barang haram), sebab guru yang mempunyai ciri khas semacam ini biasanya lebih dipercaya dalam segala hal, yang ketiga guru harus lebih tua (senior) sebab model guru yang seperti ini mempunyai banyak kelebihan dan pengalaman dibanding yang lebih muda (junior).

C.     Criteria teman yang harus dipilih

Pergaulan merupakan unsure lingkungan yang turut serta mendidik seseorang dan salah satu dari pergaulan itu adalah dengan teman-teman sebaya. Oleh karena itu tidak semua pergaulan mengandung atau berlangsung pendidikan maka hak santri harus memilih teman yang baik dalam pergaulan. Adapun teman yang baik adalah teman yang tekun, waro’, jujur, konsisten, dan mudah memahami masalah, bukan seorang pemalas penganggur, banyak bicara, pengacau dan ahli fitnah.

2.      Mengagungkan ilmu dan ahlinya

Sesungguhnya santri tidak akan mendapatkan ilmu serta kemanfaatanya kecuali dengan mengagungkan ilmu dan ahlinya, menghormati masyayikh, keluarganya, ustad, teman belajar adalah termasuk kategori mengagungkan ilmunya.

Penghormatan itu lebih baik dari pada kepatuhan. Bahwa sesungguhnya manusia itu tidak menjadi kafir dengan melakukan maksiat, tetapi menjadi kafir karena tidak mengagungkan Allah.

Dari gambaran diatas bisa diambil kesimpulan bahwa penghormatan itu adalah sebagai kunci keberhasilan disamping itu kemanfaatan sangat erat kaitanya dengan karena kemanfaatan tidak bisa diraih tanpa penghormatan., dengan demikian penghormatan adalah sebagian dari kemanfaatan itu sendiri. Tapi yang perlu diingat bahwa penghormatan santri pada gurunya jangan sampai pada taraf pengkultusan. Sebab pengkultusan itu tidak dibenarkan oleh agama, sikap ini juga bisa mengakibatkan, matinya kreatifitas dari kedua belah pihak,