Senin, 21 Mei 2012

Sejarah berdirinya pondok pesantren babussalam

Berdirinya Pondok Pesantren Babussalam ini dimulai oleh Al-Mukarromah Ny. Hj. Hamidah Putri dari KH. Nawawi Pendiri Pesantren Pakong Modung Bangkalan Madura pada awal pertumbuhannya Pesantren ini hanya menampung santri putri. Pesantren tersebut mulai berkembang dengan pesat saat dibantu oleh putranya yaitu KH.  Moch Sa’id, setelah melihat kondisi yang sangat tidak memungkinkan untuk menampung santri putri, akhirnya KH. Moch. Sa’id membangunl beberapa lokal untuk menampungnya. Selain itu juga di bangun beberapa lokal untuk santri putra yang berkeinginan untuk belajar disitu. Para santri tersebut ada yang datang dari Pontianak (Kalimantan Barat), Malang, dan kota lainnya. Untuk menambah wawasan para santri di bidang ilmu pengetahuan, kemudian di dirikan Madrasah Ibtida’iyah (MI) pada tahun 1970 yang didirikan oleh seorang pemuda bernama  KH. Darwis Sa’id beliau merupakan cikal bakal penerus Pesantren yang telah dirintis oleh Ayah dan Neneknya.
Di Pondok Pesantren Babussalam dalam sistem pendidikannya tidak hanya menerapkan pendididkan Agama saja, akan tetapi juga menerapkan Pendididkan Umum (kombinasi). Karena dengan demikian akan memberikan bekal bagi perkembangan Pondok dimasa mendatang. Misalnya mengadakan latihan keterampilan. pertanian, peternakan, perikanan dan pertukangan. Walaupun sebenarnya tujuan Pesantren yang paling utama adalah mematangkan serta memahami kitab-kitab Klasik (salaf). Untuk melengkapi kebutuhan para santri dalam bidang pengetahuan umum, maka langkah yang diambil KH. Darwis Sa’id mendirikan sebuah lembaga Pendidikan Formal lagi, yakni meliputi SMP, MTs, SMA dan SMK Babussalam. Hal ini dimaksudkan agar para santri yang mempunyai bakat dibidang pengetahuan umum dapat mengembangkan diri sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.
Atas pertolongan Allah semua tujuan itu dapat terlaksana berkat kecekatan dan Keuletan K.H. Darwis Sa’id dalam usahanya untuk menggapai cita-cita yang diimpikannya sejak kecil, yang didukung oleh ayah beliau KH. Moh. Sa’id.
Dengan  adanya kedua lembaga Formal tersebut, yang satu di bawah naungan Kemenag dan satunya Kemendiknas. Hal ini bukan berarti apa yang di cita – citakan sudah terwujud  dengan baik. Oleh karena itu untuk menciptakan santri lulusan Pesantren Plus, maka perlu di kombinasikan oleh beberapa Ustadz yang sudah berkualitas. Bagi para santri yang berminat untuk mengikuti  salah satu kedua  lembaga Formal, yaitu belajar di Madrasah atau sekolah. Sedangkan bagi mereka yang tidak sekolah formal di wajibkan masuk diniyah dan mengikuti pengajian rutin di Pesantren serta aktivitas – aktivitas lain.
Meskipun demikian proses belajar mengajar di Pesantren tetap berjalan dengan baik dan lancar, para santri juga mengikuti dengan penuh antusias serta semangat yang tinggi. Dalam kesibukannya dalam mengikuti pelajaran, para santri juga banyak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler seperti keterampilan belajar Komputer, Pertanian, Perikanan dan lain–lainnya. Ada yang menarik dari catatan sejaran pondok pesantren Babussalam di sektor Madrasah Diniyah yaitu pernah di buat rujukan  kurikulum Pesantren tingkat Nasional dengan menggunakan versi“ Madrasah Diniyah di lingkungan Pondok Pesantren” dan sebelumnya juga terdapat versi lain, yaitu:
a.    Madrasah Diniyah untuk mendukung sekolah formal
b.    Madrasah Diniyah (kurikulum) untuk mendukung madrasah yang memakai kurikulum Kemenag.

1 komentar:

cemz blog mengatakan...

ijinnn NG0PYY
buat referensi

terima kasih

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cheap international calls
SELAMAT DATANG DI WEBSITE PONDOK PESANTREN BABUSSALAM. SILAHKAN TINGGALKAN KOMENTAR SOBAT UNTUK MENINGKATKAN WEBSITE PONDOK PESANTREN BABUSSALAM TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGANNYA